Sunday, December 15, 2013

Aku dan Fifty Shades of Grey


 Judul: Fifty Shades of Grey (Fifty Shades #1)
Penulis: E. L. James
 Cover image: Papuga2006 | Dreamstime.com
Cover design: Jennifer McGuire
Diterbitkan pertama kali oleh The Writer's Coffe Shop
Edisi 1, April 2011
e-book
ISBN: 978-1-61213-029-3
erotika, xxx, buku dewasa



When literature student Anastasia Steele goes to interview young entrepreneur Christian Grey, she encounters a man who is beautiful, brilliant, and intimidating. The unworldly, innocent Ana is startled to realize she wants this man and, despite his enigmatic reserve, finds she is desperate to get close to him. Unable to resist Ana’s quiet beauty, wit, and independent spirit, Grey admits he wants her, too—but on his own terms.

Shocked yet thrilled by Grey’s singular erotic tastes, Ana hesitates. For all the trappings of success—his multinational businesses, his vast wealth, his loving family—Grey is a man tormented by demons and consumed by the need to control. When the couple embarks on a daring, passionately physical affair, Ana discovers Christian Grey’s secrets and explores her own dark desires.

Erotic, amusing, and deeply moving, the Fifty Shades Trilogy is a tale that will obsess you, possess you, and stay with you forever.

This book is intended for mature audiences. (dari Goodreads)

Ini posting pertama saya di Cakrawala Gelinjang. Dan karena posting inilah, Spank Club, cikal bakal Cakrawala Gelinjang bermula....

Oke, mari kita mulai ngobrol. Eh, maksudnya, biarkan saya bercerita tentang kisah saya selama membaca buku ini. Eh, bukan itu maksudnya. Apa, ya? Terserah, deh. Saya juga bingung. Pokoknya, saya mau cerita di sini. Titik. :D

Sebetulnya, saya termasuk sangat terlambat tahu tentang kehebohan buku ini. Mungkin, karena tadinya, teman-teman saya di Goodreads orangnya lurus-lurus, jadi, keberadaan buku ini sama sekali tidak ada di Home/Newsfeed Goodreads. Sampai akhirnya, saya berteman dengan beberapa penggemar buku kacrut, erotis, apa pun itu namanya dan mulai menemukan review buku ini dengan begitu hebohnya. Bahkan, ada review salah satu kontak saya di Goodreads yang diserang beberapa pembaca lain (orang luar, sih), karena ketidaksukaannya sama buku ini.

Jujurly, saya belum pernah baca buku bergenre seperti ini. Erotis, xxx, apa pun itu sebutannya. Jadi, ini buku pertama yang saya baca. Udah gitu, ada unsur BDSM pula! Di awal sebelum saya keidean buat baca buku ini, saya gugling dulu buat cari tahu tentang BDSM. Huwow! Seyeeem! Kok, pake diiket gitu? Kok, ada cambuk-cambuk begitu? Apakah... mereka bercinta pake acara dicambuk? Issh... Rasanya kok saya pernah, ya, nonton film, err.. bukan nonton, sih, lihat sekilas entah di tv mana, dan entah kapan juga itu, kayaknya saya masih kuliah, deh... Di situ ada orang lagi bercinta *kalo sebutannya begitu*, tapi perempuannya diikat di tempat tidur, mata ditutup dan dicambuki. Katanya, makin si perempuan mengerang, si pria makin terangsang. DOH!

Kesimpulan awal setelah saya baca FSOG, perempuan yang di film yang saya lihat secara nggak sengaja itu yang disebut sebagai Submissive, sementara si pria yang disebut Dominant. Harap dicatat, saya sama sekali nggak nonton bener film itu dan saya bahkan nggak tahu itu film ceritanya apa. Apalagi ingat judulnya. Boro-boro. Hahaha...

Lalu, saya teringat lagi, ketika membaca salah satu review FSOG di Goodreads, ada yang bilang, bahwa BDSM itu sebetulnya titik beratnya adalah pada masalah percaya. Percaya nggak si Submissive ini pada Sang Dominant. Percaya apa? Saya juga nggak tahu. Percaya bahwa Sang Dominant nggak akan menyakiti Si Submissive ketika dia pakai peralatan mengerikan itu? Entahlah. Saya belum cari tahu banyak dan memilih nggak tahu dulu. Karena saya sama sekali nggak tertarik dengan metode bercinta ala BDSM, kok. Serius. Cara yang romantis itu jauh lebih menyenangkan dan menggairahkan, kok. #eh

Lalu, Fifty Shades of Grey ini sebenarnya cerita tentang apa? Cerita tentang gadis clumsy bernama Anastasia Steele, mahasiswi tingkat akhir sebuah perguruan tinggi, yang terpaksa mewawancarai Christian Grey, CEO sebuah perusahaan miliknya sendiri, untuk keperluan majalah kampusnya. Ana ini menggantikan Katherine Kavanagh, sohibnya, temen serumahnya juga, yang lagi kena flu berat jadi nggak mungkin mewawancarai Grey dalam keadaan sakit.

Ternyata, dari ke-clumsy-an Ana ini, bikin Grey suka sama Ana. Dan nggak hanya itu, Grey ini stalk di mana pun Ana berada. Kayak gimana bisa "kebeneran" Grey datang ke tempat kerja Ana, buat beli beberapa barang yang rada aneh aja menurut Ana buat diborong sama Grey. Kayak kabel, kawat, dan lain-lain. Banyak, sih, kebeneran yang lainnya, yang membuat saya super yakin, kalo Grey ini nggak mau terlalu jauh dari Ana. Terus, gimana ceritanya Grey bisa tahu alamat pos Ana, karena dia kirim buku klasik Tess ke rumah tempat Ana tinggal.

Awalnya, Grey bilang dia nggak mungkin jatuh cinta. Tapi lalu, Ana diajak "ngamar". Dan karena Ana emang udah naksir berat sama Grey sejak awal ketemu, jadi mau-mau aja. Lagian dia juga horny lihat si Grey. Eh, tapi... Grey yang tadinya mau memberlakukan cara dia biasa bercinta, kaget sewaktu tahu Ana masih perawan.

Dan berikut-berikutnya... ya begitulah. Sedikit demi sedikit, Ana dikenalin sama cara bercinta ala Grey yang mengarah ke BDSM itu. Oh, ya, satu hal: Grey tidak menyebut berhubungan seks dengan Ana itu sebagai "make love" tapi sebagai "fuck hard".

Dan... kayaknya si Grey ini nggak kenal capek, ya... Setiap lihat Ana gigit bibir, dia pasti horny, walau pun baru aja dia habis "nyampe" setelah gedubrakan sama Ana. Dan lalu... gedubrakan lagi, deh, sama Ana.

Nah, sebetulnya, yang mengganggu di buku ini adalah: dari sejak bab ke sekian, isinya tentang perjanjian dan ketika halaman buku udah mau habis, masih aja bicara soal perjanjian yang belum juga disepakati sama Ana. Sebetulnya banyak sih, adegan annoying di buku ini.


Sebenernya, kalo di bagian "gedubrakan"nya itu, biasa aja, sih, menurut saya. Nggak bikin saya sampai ikutan menggelinjang saat bacanya. Entah saya terlalu lempeng atau saya nggak tertarik membayangkan sentuhan Grey pada Ana? Nggak tahu juga, sih. Pokoknya, ya, kalo penulisnya lalu disebut Mommy Porn, kok, kayaknya masih banyak yang lebih layak dapat sebutan demikian karena adegan seksnya lebih gimanaaaa.... gitu. Hihihi...

Sebenarnya, saya nggak suka sama Grey, awalnya. Karena dia kok, orangnya abusive banget, yak! Ana harus tunduk sama dia. Harus nurut sama apa kata Grey tanpa Ana bisa mengelak. Seakan-akan Ana nggak punya hidupnya sendiri dan bahkan nggak boleh jatuh cinta sama Grey, hanya karena hubungan mereka sebagai Dominant - Submissive. Eh, dan satu lagi, sih. Sebetulnya, perjanjian mereka belum disepakati, lho, kok... bisa-bisanya Ana mau jadi Submissive dan gedubrakan sama Grey ala Grey? Seharusnya, Ana nggak mau! Seharusnya, Ana juga punya hak buat menentukan dia mau apa, kan perjanjian belum ditandatangani? Mereka kan belum sepakat? Kok, bisa, sih? Atau, saking lemahnya Ana, jadi dia pasrah aja? Ish!


Di bagian akhir cerita, entah kenapa... mereka berdua dapat simpati saya. Huh! Saya kan jadi tertarik buat baca buku berikutnya. Udah buka-buka bagian awalnya, sih. Tapi saya simpan aja dulu, deh. Buat dibaca tahun depan aja....

Apa yang saya dapat dari FSOG? Pengetahuan tentang BDSM? Mungkin, sih. Cuma, ternyata katanya, pas ngobrol ama teman, penulisnya sebenernya nggak menggali sangat jauh soal BDSM. Jadi, yah, nggak bisa dibilang akurat juga, yak, pengetahuan yang saya dapat dari BDSM.

Kalo soal gedebuk in lap antara Ana dan Grey... cerita di Twilight Series lebih keren. Well, oke, note to myself, kalo FSOG ini berangkat dari fanfic Twilight Series. Jadi, yah... yang lebih "seru" menurut saya ya ada di Twilight Series kalo soal cinta-cintaannya mah. Lebih seru karena lebih menyebalkan. Hahaha...

Jadi intinya begitu. Sebelum saya baca FSOG dan baca review orang-orang, saya cari tahu dulu apa itu BDSM. Jadi, akhirnya saya tahu, bahwa ada ya, manusia melakukan hubungan intim di luar pakem romantisme karena mereka pakai bantuan alat. Dan akhirnya saya juga tahu, bahwa ada orang-orang masokis yang hobi berhubungan intim dengan cara-cara begitu. Lalu saya memberanikan diri baca FSOG dengan siap-siap linu. Eh, ternyata, yah, ada sih yang bikin linu, cuma ternyata nggak seserem yang saya bayangin.

By the way, saya nemu gambar beginian di Goodreads. Hihihi...


Oke, sekian dan terima kasih. Mohon maaf kalo review saya kurang menggigit, kurang gereget, kurang memuaskan. Saya cuma bingung mau ceplas ceplos di sini... Soalnya jarak antara saya baca buku FSOG dengan nulis review di sini terbilang udah jauh banget... Dan saya udah abis-abisan di Goodreads. Udah kehabisan mau nulis apa lagi di sini soalnya. Kode spoiler yang saya dapet belum bisa diaplikasikan. Huhuhu...



Saya "suka" FSOG karena....   

1. Ternyata, meski udah umur 20 something, Anastasia Steele itu masih virgin! Wow! Suatu prestasi yang teramat sulit buat remaja cewek di Amrik: menjaga keperawanan. Atau Ana nggak laku dipacari? Apa pun itu, menjura, deh! Dia udah hebat bisa jaga keperawanan! Tapi... lalu, kenapa harus hilang keperawanannya sama Christian Grey? Kok mau-maunya? Segitu dahsyatnya kah, magnet yang ada pada Christian Grey, sampai dia suka rela nyerahin sesuatu yang udah dia pertahankan selama dua puluh tahunan? Padahal, sekalian aja, nunggu nikah sama dia. Blah! Bicara apa saya ini? Ini kan bukan novel Gone With The Wind, di mana perempuan Amerika pada masa itu masih jaga keperawanan sampai mereka menikah? #toyor diri sendiri.

2. Bagian mereka saling kirim email itu bikin ceritanya jadi lumayan hidup. Lucu aja, sih. Kebayang, Ana yang baru pertama kali gedebuk in lap segitu rupa ama seorang cowok, jadi suka penasaran ada email atau sms ga dari Christian, meski lagi bete atau ngambeuk. Beneran, deh, bagian ini cukup menghibur saya. Juga isi SMS mereka. Atau telponan mereka.

3. Christian itu sebenernya pemerhati soal isu kelaparan. Meski ga banyak diceritain, tapi, ya, saya suka lah. Berarti dia ada perhatian ama dunia. #apasih

4. Ada Taylor, karyawan Christian yang hebat. Diamnya pun mengademkan hati.

5. Ada Ray! Ayah tiri Ana yang bela-belain dateng buat wisuda Ana!
Ini yang saya nggak suka dari FSOG:   

1. Ana yang pengumpat. Menjura banget, deh, sama yang niat menghitung ada berapa jumlah "holly shit", "holly fuck", "holly crap", nyebut nama lengkap si Kate dengan "Katherine Kavanagh berulang-ulang, dst.

2. Christian yang control freak, stalker. Dia kayaknya punya banyak mata-mata, deh. Tapi wajar, dia kan milyuner. Tinggal bayar orang buat melakukan apa yang dia mau. Cuma sayang aja, sih. Cakepnya katanya flawless. Tapi yah, cowok ganteng banget mah emang gitu, katanya. Kalo nggak dia brengsek, dia gay. Atau dia bodoh. Untuk Christian, berarti dia brengsek. Soalnya ga bodoh atau ga gay. Hahaha... Ups! Jangan bilang-bilang ama Christian, ya. Ntar dia mencambuk saya. Haesssh.. siapa sayaaa... jadi submissivenya juga ga mauuuuuu... meski dia bisa beliin saya Mac Book Pro sekontainer juga, saya ga maooooo....

3. Ana nggak ngerasa sakit gitu, pas kehilangan virginitasnya? Segitu jagoannya kah, Christian Grey, sampe si Ana nggak ngerasa sakit sama sekali? Tapi, kan....

4. Bercinta pake apa itu? Vagina balls? Ish... Eh, bukan bercinta, kan, itu, si Grey nyebutnya. Fuck hard. Iuuuh. Dan bercinta pas si Ana lagi bleeding karena datang bulan. Halooo... darah haid itu kan berpotensi nyebarin penyakit. Gimana, ih, si Grey teh... Sempet nyaris banting ebook reader. Tapi, kan, ebook readerku nggak salah. Mahal pula! *elus-elus iRiver*.

Jadi, akhirnya mengumpat aja. Tengah malem. Beneran melek, loh, pas baca bagian itu setelah asalnya nyaris tertidur. Melek bukan karena terangsang! Melek karena marah!

5. Grey yang mudah terangsang kalo lihat Ana gigit bibir. Dan bisa "fuck hard" si Ana di mana aja, walau pun itu di eskalator, asal liyat Ana lagi gigit bibir. *eyeroll*

6. Grey yang mudah marah kalo lihat Ana mutar bola matanya karena ngerasa aneh. Lalu menghukum Ana.

7. Grey yang nyembunyiin satu-satunya panties Ana pas ada acara dinner ama orangtua Grey. Jadi Ana ga pake panties selama acara itu dan sempet-sempetnya ber**** di salah satu ruangan dalam waktu yang mepet.

8. Katanya, Ana disediain segala perlengkapan baju baru sama Christian Grey. Disuruh ke salon yang udah ditunjuk. Dipertemukan oleh obgyn khusus. Tapi nggak disediain sikat gigi baru, jadi Ana pake sikat gigi punya Christian. Kaya raya, bisa beliin Mac Book Pro, Audi, Blackberry, baju selemari, tapi ga bisa beliin sikat gigi baru? INI BARU BERITA!

9. Kenapa Ana harus punya dua kepribadian lain? Subconcious ama Inner Goddes. Oke, yang satu genit yang satu pemalu. Tapi kenapa nggak jadi Anastasia Steele aja? Agak keganggu sih, ama si Subconcious atau Inner Goddes ini. Gimana, ya, cara Ana ngeliat keduanya?

10. BDSM-nya sih, di sini sebetulnya ga seseram yang saya baca atau lihat gambarnya di beberapa sumber. Di sini, Ana diiket. Pertama kalinya diiket pake dasi, ditutup matanya pake kaosnya sendiri. Berikut-berikutnya, pas udah di Red Pain Room, Ana mulai diborgol. Cuma yang ngeri pas udah mulai pake alat yang katanya bakalan ngeluarin darah dari kulit Ana, meski ga sakit *katanya* *tapi saya tetep meriang bacanya*, dengan tujuan Ana jadi lebih sensitif sama sentuhan.

So, yang saya pernah baca di review entah siapa, sebetulnya BDSM itu masalah kepercayaan. Jadi, siapa pun yang jadi Dominant nggak boleh menyakiti Submissive. Sayang, ilang linknya. Nanti lah kalo nemu, saya taruh di sini linknya.

11. Sampe selesai baca bukunya, perjanjian itu tetep nggak ditandatangani sama Ana. Tapi, kok, dia udah mau berada di Red Pain Room sebelum ditandatangani, ya? Ah... Ana labil...

Nah, bagi saya... bercinta itu buat bersenang-senang. Bisa saling menyentuh. Disentuh dan menyentuh. Dan menurut saya, tangan diikat, mata ditutup selama digerayangi dan disetubuhi itu sama sekali nggak seksi. Paling benci pas bagian Christian bilang, "keep still, Anastasia", setiap Ana nggak bisa diam pas digerayangin. Lah, orang si Ana menikmati apa yang Christian lakukan, masa ga boleh menggelinjang. Gimana, sih! *injak-injak Christian Grey*

Saya ngebayangin, Christian Grey berbahasa Inggris doang, dan Anastasia Steele berbahasa Inggris, Indonesia tapi bisa mengumpat dalam Basa Sunda.

Christian Grey: "Are you rolling your eyes, Miss Steele?"

Anastasia Steele (murmur): "Mau tau beneran atau mau tau aja?"

Christian Grey: "What did you say?"

Anastasia Steele: "Nothing. Nggak ada. I didn't roll my eyes on you, Sir. Lu aja berhalusinasi."

Christian Grey: "What? I saw you rolling your eyes at me, Anastasia."

Anastasia Steele: "Nggak, kok, cyyyn. No, I didn't, Sir."

Christian Grey: "Yes, you did. Now turn around, I will spank you now."

Anastasia Steele: "Terus, gue harus koprol sambil bilang wow gitu?" *kali ini, Ana beneran muter matanya*

Christian Grey: "Count, Anastasia! Count! You count!"

#ctarr #1

Anastasia Steele: "Kehed siah!"

Christian Grey: "What?"

Anastasia Steele: "Means one, Sir!"

#ctarr #2

Anastasia Steele: "Geuleuh siah maneh!"

Christian Grey: "Count!"

Anastasia Steele: "I count, Sir! Its two!"

#ctarr #3

Anastasia Steele: "Anjir! Nyeri! Gebleg! Nanaonan maneeeh!"

Anastasia Steele: "Three, Sir! Sundanese!"

#ctarr #4

Anastasia Steele: "Koplok siah! Aing mbung deui sare jeung maneh!"

Christian Grey: "Don't count in Sundanese! I don't understand!"

Anastasia Steele: "Four!"

lalu, karena Christian Grey gusar, masa sih, "empat" dalam bahasa Sunda udah segitu panjangnya, gimana sepuluh? Akhirnya, Christian menghentikan pukulannya, karena dia udah cape duluan ngedengerin cara Anastasia berhitung.

Eh, tapi...

sebenernya saya nggak berminat meneruskan baca buku keduanya, kalo nggak karena endingnya yang justru bikin saya penasaran ama kelanjutan kisah Anastasia Steele ama Christian Grey.

Jadi, ya semoga buku kedua nggak mengecewakan banget, deh. Heuheu.

Saya... kasih 2 aja, ya... Buat covernya yang "mengundang". Buat email-emailannya. Buat endingnya yang mengundang saya buat baca buku kedua. Ihik. Ya, saya akui saya tergoda buat baca buku keduanya, karena ending Fifty Shades of Grey ini.

Eh, iya. Ini penting banget!

Buat yang belum nikah, terus menganggap buku ini sebagai pelajaran seks atau edukasi pra nikah, YOU GOT IT WRONG!

Carilah buku pelajaran seks yang lebih manusiawi. Novel ini sama sekali bukan acuan belajar seks.

*teringat thread di suatu jejaring sosial, ada yang bilang, jadi belajar tentang seks lewat buku ini, sebagai pemula.* GUBRAAAK!

Sekali lagi saya ingatkan, carilah buku pelajaran seks yang lebih edukatif. Bukan ala BDSM macam gini. Buat saya ini mah ga ada seksinya sama sekali. Nggak tahu, ya, kalo ada yang doyan bercinta sambil diiket mah. Da saya mah ga doyan :P

3 comments:

Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk memberi komentar :)